Selasa, 24 Februari 2009

HYDROCEPHALUS,

 

TIDAK SELALU DISERTAI PEMBESARAN KEPALA

 

Dapat juga terjadi pada Orang Dewasa dan Usia Lanjut

 

Oleh :

Dr. Dody Priambada Sp.BS

Spesialis Bedah Saraf

RS Kanujoso Djatiwibowo

Balikpapan

 

Kepala  membesar, Mata seperti matahari terbenam ( sunset eye phenomena), Pelebaran pembuluh darah balik ( vena ) di kulit kepala, Tulang kepala menipis seperti mau pecah, Ubun – ubun terbuka lebar,  Tumbuh kembang terhambat, adalah gambaran yang sering ditemui pada penderita hydrocephalus.

 

Hydrocephalus berasal dari kata, hydro = air dan cephal = kepala. Artinya kepala banyak berisi air ( cairan otak ). Kalau ada istilah orang pintar berotak encer, pada kasus ini istilah itu menjadi tidak tepat, karena encernya isi kepala berupa kelebihan jumlah cairan otak sehingga menempati ruang yang seharusnya terisi otak. Jika terjadi pada anak, berakibat jatah ruang untuk perkembangan otak berkurang, pertumbuhan otak terhambat, tumbuh kembang anak terganggu. Pada orang dewasa berakibat peningkatan tekanan di dalam rongga kepala tanpa kompensasi karena tulang tengkorak telah tertutup rapat. Orang dewasa mengalami sakit kepala hebat, mata juling, pandangan kabur, muntah, kejang, sampai penurunan kesadaran

 

 

Apakah cairan otak itu?

 

Sebenarnya cairan otak adalah bagian dari isi rongga kepala, yang dimiliki oleh semua orang. Jumlah cairan otak di rongga kepala sekitar 125 cc, dengan tekanan tertentu. Cairan ini berfungsi sebagai bantalan otak dan media penyalur sisa metabolisme ( sisa hasil kerja ) sel otak  sebelum berakhir/bermuara di pembuluh darah balik (vena). Produksi cairan otak sekitar 0,35 cc/ mnt atau sekitar 500 cc / hari. Jumlah kecepatan produksi dan penyerapan seimbang pada keadaan normal. Cairan diproduksi oleh anyaman pembuluh darah ( plexus choroideus ) yang berada di rongga cairan otak di kepala ( ventricle otak ), ada 4 rongga ventrikel di otak. Dari rongga ini cairan otak, melalui lubang/saluran yang ada, mengalir keseluruh permukaan otak dan sumsum saraf tulang belakang.

 

Mengapa ada kelebihan cairan di otak ?

 

Setelah memahami apa dan bagaimana fungsi serta perjalanan  cairan otak, menjadi mudah bagi kita untuk mengerti mekanisme terjadinya kelebihan cairan otak yang berakibat terjadinya hydrocephalus.

Terdapat 3 kemungkinan mekanisme terjadinya Hydrocephalus yaitu :

1.     cairan otak mengalami kelebihan produksi

2.     cairan otak mengalami gangguan penyerapan

3.     atau gangguan aliran akibat sumbatan di saluran cairan otak.

Dari ketiga mekanisme diatas, sebagian besar berupa gangguan penyerapan dan aliran.

Kelebihan produksi dapat terjadi bila ada tumor di anyaman pembuluh darah penghasil cairan.

Gangguan penyerapan dapat terjadi akibat infeksi otak, degeneratif, tumor

Gangguan aliran akibat adanya sumbatan pada saluran berupa darah, tumor, abses atau perlengketan saluran paska infeksi, perdarahan di saluran paska cedera kepala, atau cacat bawaan.

Penyebab ketiga mekanisme diatas adalah cacat bawaan, infeksi saat hamil atau infeksi bayi setelah lahir, tumor, cedera kepala, degeneratif (kemunduran fungsi sel akibat usia).

 

 

Apakah Tanda dan Gejala Hydrocephalus ?

 

Sesuai hukum Pascal, tekanan cairan didalam rongga tertutup akan diteruskan ke segala arah. Penambahan cairan yang tidak diimbangi kelancaran aliran dan penyerapan akan meningkatkan tekanan, sehingga menekan otak dan saraf, serta pada akhirnya ke tulang. Jika tulang belum menyatu, seperti pada bayi, maka kepala akan membesar. Sehingga hydrocephalus pada bayi lebih mudah dideteksi, kepala membesar, hitam mata terbenam ( sunset eye ) , pelebaran pembuluh darah vena di kulit kepala, tulang menipis, ubun-ubun menonjol dan tegang apabila ubun-ubun bayi masih terbuka, pertumbuhan terganggu, kadang kejang, sulit mengangkat kepala karena  kepala sangat berat, anak rewel (irritable), ukuran lingkar kepala melebihi standar.

 

Pada anak lebih besar atau orang dewasa dimana tulang kepala sudah menyatu dan ubun – ubun telah menutup, tidak akan kita temui pembesaran kepala. Keadaan ini lebih membahayakan jiwa penderita, karena tidak ada kompensasi pembuangan tekanan di dalam kepala melalui mekanisme pembesaran kepala. Peningkatan tekanan dirasakan oleh otak dan saraf yang ada di rongga kepala. Akibatnya penderita dapat mengalami sakit kepala hebat, muntah nyemprot (proyektil), penurunan kesadaran, pandangan dobel dan kabur serta kejang dapat terjadi. Akibat terburuk adalah kematian.

 

Pada usia lanjut juga bisa terjadi hydrocephalus, yang ditandai dengan jalan goyang ( ataxia ), pikun ( dementia ) dan ngompol ( enuresis ). Tiga tanda (trias) ini dikenal sebagai tanda khas hydrocephalus pada usia lanjut (umumnya 60 tahun keatas) akibat kemunduran ( degenerasi ) fungsi penyerapan cairan otak. Pada usia lanjut ini juga tidak ditemui pembesaran kepala.

 

Kadang kala ditemui adanya penambahan jumlah cairan tanpa disertai peningkatan tekanan. Ini bisa terjadi bila terdapat penambahan jumlah cairan secara relatif akibat penyusutan organ otak.

Penyusutan otak ( atrofi  cerebri) dapat terjadi akibat kekurangan oksigen waktu lahir, cacat bawaan, percobaan gantung diri ( ingat kasus anak SD di Jawa Barat yang gantung diri ! ), usia lanjut, kepala sering dibentur ( petinju misalnya ), infeksi otak, paska cedera kepala.

 

Diagnosis ada tidaknya peningkatan tekanan adalah  dengan pemeriksaan klinis apabila ditemukan tanda dan gejala yang telah disebut diatas, dibantu pemeriksaan CT Scan atau MRI otak. Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan tekanan, secara obyektif dari pemeriksaan Scan atau MRI otak, dapat ditemukan rembesan cairan otak disekeliling ventrikel dan batas dinding ventrikel yang kabur.  Diperlukan ketelitian, ketajaman mata untuk melihat tanda obyektif ini. Pada scan tampak lebih hitam di sekeliling ventrikel dan pada MRI tampak putih pada pengambilan gambar PROTON dan FLAIR ( ada beberapa bentuk gambar MRI yaitu T1, T2, Proton dan Flair, pastikan anda mendapat penjelasan tentang ini dari radiolog anda saat anda diperiksa MRI ).

 

Apa pengobatan hydrocephalus?

 

Peningkatan Tekanan didalam rongga kepala harus dikoreksi. Koreksi yang dilakukan adalah dengan pemasangan selang ( Shunt placement ) untuk mengalirkan cairan otak berlebih dan menekan otak ini. Selang dipasang dari rongga cairan otak ( ventrikel ), ditanam di bawah kulit, untuk dialirkan ke rongga lain di tubuh, dan rongga terbaik untuk menampung adalah rongga di perut ( cavum peritonii ). Sehingga sering disebut VP Shunt  atau Ventriculo Peritoneal Shunt. Selang juga dapat dipasang ke rongga dada dan  jantung, tetapi ini jarang dilakukan karena komplikasi kurang baik.

 

Apa yang diharapkan dari Operasi ini?

 

Dengan adanya pengaliran cairan, maka terjadi penurunan tekanan dan volume cairan di dalam kepala. Keadaan ini akan memberi kesempatan bagi otak untuk tumbuh tanpa hambatan. Meski demikian harus dimengerti, bahwa kesempatan tumbuh tergantung pula dari jumlah sel otak yang ada, gizi, dan rangsang dari luar. Juga harus dimengerti bahwa tulang kepala yang terlanjur membesar, tidak bisa mengecil lagi.

 

Rabu, 24 September 2008

Transplantasi Otak: Sebuah Mimpi, akankah menjadi kenyataan?

Otak ( dan saraf Tulang Belakang ) adalah jaringan tubuh manusia yang tidak mengalami regenerasi, artinya tidak dapat menggantikan sel - sel yang telah mati dengan sel-sel baru. Bandingkan dengan kulit, rambut, kuku; mereka dapat memperbaiki diri jika terjadi kerusakan. Kulit luka dapat sembuh, rambut tumbuh jika dipotong, demikian pula dengan kuku.
Entah apa kehendak Tuhan sehingga hukum beliau tentang otak adalah 'non regenerated'.
Padahal fungsi otak sangat luar biasa, sebuah komputer dengan kemampuan raksasa yang belum bisa ditandingi oleh pembuat komputer sekelas bill gates sekalipun.
Dengan melihat fungsi tersebut, sangat menyedihkan kalo terjadi kerusakan di otak, karena akan terjadi cacat permanen yang menurunkan kualitas hidup manusia.
Kerusakan organ ginjal, jantung, hati yang parah yang tidak dapat diobati lagi dapat diatasi dengan transplantasi organ. Penggantian organ dilakukan dengan mengganti satu buah organ yang rusak secara utuh. Satu buah ginjal utuh, satu buah jantung utuh; diambil dari donor.
Bagaimana dengan otak?
Dapatkah diganti utuh?
Bagaimana menyambung satu buah otak secara utuh, bukankah otak terangkai dengan suatu sistem ke seluruh organ dari ujung rambut ke ujung kaki?
Siapa yang akan menjadi donor?
Jika suatu saat bisa didonorkan, bagaimana dengan sifat dan perilaku yang terbawa oleh otak donor ke penerima?
bersambung.......

Selasa, 23 September 2008

Cedera Kepala ( Published on KaltimPost 2003 )


 

SEKILAS TENTANG CEDERA KEPALA

 

Oleh : Dr. Dody Priambada SpBS,

 

Dokter Spesialis Bedah Saraf, RS Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan

           

Helm standar sebaiknya tidak diwajibkan jika musim hujan karena kalau parkir hujan dia nyerap air, rambut ikut basah, airnya melebihi krah, helm lama keringnya dan bau

( SMS Kaltim Post, Jum’at 14 Maret 2003 )

 

            Kebijaksanaan penggunaan helm standar  Kalimantan Timur , disikapi bermacam – macam oleh masyarakat. SMS diatas merupakan salah satu tanggapan masyarakat akan kebijakan tersebut.n Langkah terpuji pihak Pemerintah cq kepolisian dalam upaya melindungi warganya berhadapan dengan ketidaktahuan masyarakat akan manfaat penggunaan helm yang baik (standar). Menjadi kewajiban kita bersama untuk memberi pendidikan kepada masyarakat akan manfaat helm yang melindungi kepala dari resiko cedera kepala.

            Sepanjang lebih satu tahun bertugas sebagai dokter bedah saraf di kota Balikpapan tercinta ini, penulis menemui banyak kasus cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas. Sebagian masih bisa ditolong dengan tindakan operasi, sebagian lagi sulit ditolong karena kondisi cedera kepala yang berat.

Tidak ada data statistik pasti helm tipe apa yang dipakai korban cedera kepala yang datang ke RS, khususnya RS Kanujoso Djatiwibowo. Dari pengamatan di jalan – jalan dan saat  ditanyakan ke keluarga korban, helm yang dipakai adalah helm non standar. Bahkan umumnya helm tersebut sekedar nempel tanpa diikat talinya. Praktis penggunaan helm dengan cara ini ibarat pakai topi saja, tidak ada perlindungan kepala sama sekali.

            Tulisan ini ingin menjelaskan kepada masyarakat tentang cedera kepala akibat kecelakaan lalulintas yang beresiko hilangnya nyawa atau kecacatan.

Data statistik angka kecelakaan sebagian besar diderita dewasa muda ( 20 – 30 tahun ), suatu usia produktif yang masih memunyai masa depan yang panjang. Sangat disayangkan apabila akhirnya korban menjalani sisa hidup dengan kecacatan yang merugikan dirinya maupun keluarganya. Kecacatan hanya akan menjadi beban bagi dirinya, keluarga maupun masyarakat, serta hilangnya masa depan bagi penderita.

            Hasil otopsi  13.666 kasus kematian pada kecelakaan lalulintas di Tokyo pada tahun 1963, 74,2 % korban mengalami cedera kepala. Tentunya pada tahun itu pemakaian helm belum menjadi kewajiban bagi warga di negeri Sakura. Angka kecelakaan lalulintas di negara maju menurun drastis saat ini, seiring dengan meningkatnya disiplin berlalu lintas, berkurangnya penggunaan sepeda motor

( masyarakat negara maju lebih banyak menggunakan angkutan umum  masal yang aman, seperti kereta api, bus ), penggunaan helm yang benar dan memenuhi standar.

            Cedera kepala berdasarkan tingkat kesadaran dibagi 3, ringan, sedang, dan berat. Kesadaran penderita dinilai dengan kemampuan membuka mata, menggerakkan anggota badan, dan kemampuan berbicara / menjawab pertanyaan ( siapa nama/ alamat misalnya ). Apabila kita temui penderita yang masih bisa melakukan ketiga hal tersebut sesuai perintah dengan baik maka masuk kategori ringan. Apabila sudah tidak bisa diperintah untuk membuka mata, menggerakkan anggota badan, dan menjawab pertanyaan maka masuk kategori berat. Sedang berada diantara keduanya. Disamping tingkat kesadaran, harus diwaspadai pula apabila ditemui sakit kepala yang hebat dan menyeluruh dikepala, muntah yang nyemprot, pandangan mata dobel atau kabur, mata juling, kejang. Pada anak mungkin kita temui si anak jadi rewel, tidak mau makan, malas beraktivitas, atau mengantuk.

            Apabila ditemui hal – hal tersebut perlu segera dibawa ke RS terdekat untuk mendapat pertolongan.

            Penderita cedera kepala perlu mendapat pemeriksaan dengan peralatan canggih untuk mendapatkan gambaran keadaan otaknya. Pemeriksaan Rontgen kepala biasa tidak dapat melihat keadaan otak. Diperlukan pemeriksaan CT Scan Kepala ( alat ini sudah ada di RS Kanujoso Djatiwibowo dan merupakan satu – satunya di Balikpapan ) Kendala yang dihadapi adalah biaya pemeriksaan yang relatif cukup mahal bagi masyarakat kebanyakan, akan tetapi manfaat yang didapat dari pemeriksaan ini sesungguhnya lebih besar dibanding biaya yang harus dikeluarkan.

 

            Dari pemeriksaan CT scan akan menentukan apakah penderita perlu tindakan operasi atau tidak. Tindakan operasi dilakukan apabila ditemukan adanya:

 

-          patah tulang melesak kedalam sehingga terjadi penekanan ke jaringan otak atau merobek selaput otak, pembuluh darah atau otak itu sendiri. Penekanan atau robekan otak dapat menimbulkan  kejang atau kerusakan fungsi otak. 

 

-          Perdarahan di dalam tulang kepala, yang terbagi atas :

1.      Perdarahan antara selaput otak dan tulang kepala ( Epidural Hematoma )

2.      Perdarahan antara selaput otak dan jaringan otak ( Sub Dural Hematoma )

3.      Perdarahan di dalam jaringan Otak, seperti yang sering ditemui pada kasus Stroke ( Intra Cerebral Hematoma )

4.      Perdarahan di dalam rongga cairan otak ( Intra Ventrikel Hemorrhage )

 

-     Oedem atau pembengkakan jaringan otak terutama bila menekan area vital

 

Gambaran Perdarahan diatas tidak dapat dilihat dengan penampakan luar, kadang korban tampak tanpa luka berdarah, hanya memar kulit, tetapi didalam kepala ada perdarahan.

Penanganan operasi perdarahan harus dilakukan cepat segera karena penekanan  oleh gumpalan darah yang terjadi dapat beresiko merusak jaringan otak bahkan hilangnya nyawa. Keberhasilan operasi sangat ditentukan oleh kecepatan dan ketepatan penanganan awal.  Penanganan awal yang perlu diperhatikan adalah menjaga jalan nafas korban. Hal ini karena jaringan otak sangat sensitif terhadap kekurangan O2. Apabila di jalanan masyarakat menemukan korban dengan cedera kepala, perlu memperhatikan hal ini. Sumbatan jalan nafas akibat lendir, darah, harus segera dibersihkan. Gigi palsu segera dilepas agar tidak terlepas dan menyumbat jalan nafas.

Luka berdarah segera ditekan untuk mengurangi hilangnya darah yang sangat diperlukan untuk mengangkut O2 ke otak.

            Akhirnya dengan mengingat bahaya dan resiko cedera kepala yang dapat terjadi akibat kecelakaan lalu lintas selayaknya masyarakat mendukung program helm standar untuk kepentingan masyarakat sendiri. Rasanya, masyarakatlah yang lebih diuntungkan  oleh program ini, bukan polisi. Ingat harga helm standar jauh lebih murah dibanding harga  kecacatan apalagi nyawa.

 

 

Meningioma, Tumor selaput otak

Tumor jinak , berasal dari sel arachnoid. Arachnoid adalah salah satu dari 3 lapisan selaput pembungkus otak ( Mening).
Umumnya tumor ini jinak, menyerang lebih banyak pada wanita dibanding pria.
Pada umumnya, tingkat kesulitan operasi kelainan di otak ( tumor, gumpalan darah atau benda asing ) tergantung lokasi tumor. Makin ditengah dan makin didasar tengkorak, makin sulit.
Berikut ditampilkan sakah satu gambar kasus meningioma dan tindakan operasinya, yang dilakukan di RS Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.








gambar scan otak dengan kontras: meningioma

tampak putih bulat di sebelah kiri adalah sang tumor (meningioma)


operasi pengangkatan meningioma


hasil operasi : kiri tumor (meningioma), kanan tulang kepala yang terinfiltrasi tumor

Orbital Tumor: Personal Experience

Presented at Asian Oceanian Skull Base Surgery Congress 2006, Dubai, UAE:

 

 

Orbital Tumor

 

Dody Priambada,

 Kanujoso Djatiwibowo Hospital,

Balikpapan,  East Borneo

Indonesia

 

Objective

Orbital cavity is a small area with many structure lies there. The difficulty with the orbital anatomy stems from the highly compact three dimensional space that contains vital neurovascular structures suspended in sea of fat. Muscle, Lymphoid, Vessel, Duramater, Fibrous tissue and the important thing: optic bulb and optic nerve. Exophthalmus, pain, diplopia swelling, tearing, and blurred vision are common presenting symptoms. Although Exophthalmus is a cardinal sign, it is not limited to orbital tumor. The tumor origin could be from the structure it self, metastases, or continuing from intracranial.

Material and Methods

The study report 5 cases of orbital tumor between 2003-2006 in Kanujoso Djatiwibowo Hospital Balikpapan . All patients were exophthalmus. The range of patient age is 38 – 55.  Sex distribution was 1 man and 4 women.  One patient had tumor going into palpebra superior, 1 had intracranial ( meningioma from sphenoid wing), 1 osteoma, and 2 pure intra orbital tumor. For patient with palpebra tumor, combine intra and extra cranial was done.  For the orbital meningioma from sphenoid wing a wide craniotomy combine pterional approach was done, to remove intracranial tumor. A drill was used to open orbital roof and the osteoma.

During remove the tumor, close identification of intra orbital vital neurovascular structure must be done. The tumor is separated carefully and gentle to avoid destruction of the vital neurovascular structure

Result

Resection of tumor was done to remove the tumor.  Beside remove the tumor the cosmetic problem ( exophthalmus ) is an important thing. Although exophltalmus decreases in all patients, it is not totally disappeared. The osteoma is the difficult one because the bone is very hard. The histopathologic results were: the man one has malignant tumor, an adenoid cystic carcinoma, it is from lacrimal gland ; the 3 women are benign meningioma and another woman is osteoma

Conclusion

 Five Orbital tumors have been reported with different origin. One is malignant. The approach is depending on the location, combine is recommended if the tumor lies widely anterior and posterior of the bulb. Close identification and gentle tumor removal is needed to avoid destruction of the vital neurovascular structure

Keywords:

Orbital tumor, neurovascular structure, exophthalmus

 

Right Brain : The Neglected Brain

Seni Pangkal Pandai

 

 

          Otak manusia terdiri dari kumpulan saraf yang membentuk kelompok – kelompok fungsional. Kelompok kecil berupa gyrus, lebih besar berupa lobus, dan gabungan lobus membentuk Hemisphere. Terdapat 2 hemisphere, yaitu Right Hemisphere ( Belahan Otak Kanan ) dan Left Hemisphere ( Belahan Otak Kiri ) yang saling dihubungkan oleh kelompok  serabut saraf yang disebut corpus callosum. Kedua hemisphere mempunyai fungsi yang berbeda, belahan otak kiri lebih dihubungkan dengan kecerdasan (western thinking) sedangkan kanan lebih kearah seni (eastern thinking). Seseorang dianggap mempunyai kualitas otak baik bila mempunyai otak kiri yang baik. Belahan Otak kiri, disebut sebagai hemisfer dominan sejak diketahui oleh Broca th 1864 bahwa pusat kemampuan bicara berada di belahan ini. Penemuan ini menyebabkan belahan otak kanan dianggap tidak penting, sehingga muncul istilah “Otak yang Terabaikan” untuk Belahan Otak kanan.

Tahun 1865, John Hughlings Jackson menengarai pentingnya fungsi belahan kanan untuk memberi persepsi terhadap suatu benda. Diperlukan 11 tahun kemudian untuk mendapatkan data obyektif tentang fungsi otak kanan. Pada tahun 1930 an berhasil didapatkan data yang lebih lengkap tentang fungsi belahan otak kanan ini, dan para ahli mulai serius memikirkan fungsi belahan otak ini.

Mengapa diperlukan waktu yang lama ( 70 tahun an ) untuk menyadari fungsi belahan otak kanan? Menganalisa fungsi otak dan organ tubuh lain pada masa itu dilakukan dengan bedah mayat pada pasien yang mengalami suatu penyakit. Apabila ditemukan kelainan pada otak, kemudian dicocokkan dengan kondisi pasien saat masih hidup. Berbeda dengan masa kini yang sudah tersedia CT Scan, PET Scan, MR Function yang dapat menilai fungsi otak pada orang sehat.  Karena fungsi – fungsi yang ada di belahan kanan lebih difus (menyebar), pada masa itu dirasakan sulit menganalisa apabila terjadi kerusakan. Bandingkan dengan fungsi – fungsi di belahan otak kiri yang lebih terlokalisir di area sempit untuk satu fungsi besar. Area Broca sebagai pusat bicara (di otak kiri) hanya seluas  sekitar 2 x 2 cm ( bandingkan dengan luas keseluruhan permukaan otak yang 12 meter persegi !!! )

  Setelah disadari bahwa otak kanan ternyata turut berperan dalam cara berfikir yang logis, masyarakat barat mengubah pola pendidikan mereka dengan memberi porsi yang setara utuk otak kanan. Pendidkan seni yang banyak menggunakan otak kanan,  mendapat porsi yang setara dengan ilmu pasti exact seperti matematika. Karena terbukti individu dengan otak kanan yang berkembang dengan baik mampu menganalisa suatu hal dengan lebih komprehensif. Kemampuan individu menyusun puzzle, mengenali lingkungan sekitar, mengontrol emosi, mengendalikan rasa sakit dan lain-lain terbukti akan terganggu jika belahan otak kanan ini mengalami gangguan. Kalau belahan kiri lebih kearah IQ maka belahan kanan lebih kearah EQ, suatu hal yang saat ini diyakini menentukan sukses karir seseorang.

Bagaimana mengembangkan otak kanan sehingga meningkatkan kinerja otak kita? Memberikan pendidikan seni dan sosial kepada anak-anak didik sudah menjadi kewajiban kita bersama. Seharusnya porsi ini sudah menjadi bagian dari kurikulum pendidikan di Indonesia, dengan jumlah jam pelajaran yang setara dengan jam pelajaran matematika misalnya. Perlengkapan untuk pelajaran seni wajib ada di tiap sekolah, seni diajarkan secara reguler, bukan hanya untuk kepentingan seremonial perpisahan lulusan sekolah atau lomba saja.

Pelajaran seni tidak dengan paksaan, tidak ada keharusan  seseorang harus mengikuti pelajaran seni tertentu. Anak didik diberi kebebasan memilih seni yang dia sukai. Tidak mungkin menyuruh si anak menyukai menyanyi sementara dia lebih suka melukis misalnya. Pelajaran seni benar-benar memberi kebebasan individu untuk berkreasi dengan  berimajinasi secara bebas. Film anak Doraemon di televisi banyak memberi contoh imajinasi dengan kantung ajaibnya.  Bukankah terbukti pula bahwa keinginan manusia untuk  membuat pesawat terbang diawali oleh imajinasi lukisan Leonardo da Vinci?

 Karena itu mari kita kembangkan bakat seni sekecil apapun yang ada pada anak-anak kita, agar tercipta generasi yang mampu berkarya untuk kemajuan kita bersama. Jika sekolah kita ( pemerintah ) belum mampu menyediakan sarana dan prasarana penunjang, maka kita mulai dari diri kita sendiri. Seni tidak harus berarti kursus musik yang mahal. Seni, apapun bentuknya, dapat merangsang perkembangan positif otak yang pada akhirnya berujung pada pengembangan kualitas analisis dan problem solving secara komperhensif otak kita.

 

Senin, 22 September 2008

Aneurysma Cerebral ( Published on Kompas, 5 Nov 2004 )

Aneurysma CerebralSi Bom Waktu di Otak
PENINGKATAN kemampuan diagnostik baik dokter maupun peralatan mengakibatkan ditemukannya banyak kasus "baru" dalam dunia kedokteran khususnya di Indonesia. Salah satu kasus yang cukup ramai dibicarakan adalah kasus aneurysma cerebral, yaitu kelainan pembuluh darah (arteri) di otak yang berupa penggelembungan (balloning) dinding pembuluh darah.
Penggelembungan terjadi di percabangan karena dinding pembuluh darah di situ banyak mengalami tekanan akibat turbulensi aliran di percabangan. Karena faktor bawaan dinding pembuluh darah yang lemah, turbulensi menimbulkan perubahan dinding pembuluh darah menjadi seperti balon. Akibat penggelembungan, dinding menjadi lebih tipis sehingga mudah pecah.
Kassel N, pada tahun 1990 menulis bahwa diperkirakan 5 juta orang di Amerika Utara menderita aneurysma, dan sekitar 28.000 orang mengalami pecah (ruptur) dalam hidupnya, sisanya aman-aman saja sampai akhir hayatnya. Meski banyak yang selamat, tetapi bila telah mengalami pecah, hanya 1 dari 3 penderita dapat sembuh sempurna (full recovery).
Penderita aneurysma umumnya orang dewasa berumur di atas 35 tahun, terbanyak di sekitar 50-an tahun. Aneurysma pada usia di bawah 20 tahun, menurut beberapa ahli, sebanyak 2,5 persen dari seluruh kasus aneurysma. Patel dan Richardson pada tahun 1971 menemukan 58 kasus aneurysma pada anak-anak dari 3.000 kasus aneurysma di Atkinson-Morley Hospital London.
Insiden aneurysma di seluruh Indonesia belum tercatat dengan baik, karena terbatasnya sumber daya manusia (dokter ahli bedah saraf/saraf) dan peralatan penunjang. Selama bertugas di Balikpapan, penulis menemui 3 kasus perdarahan yang dicurigai sebagai aneurysma dengan kondisi yang layak rujuk ke Jawa. Setelah dirujuk ke Jakarta, dan diperiksa dengan alat Digital Substraction Angiografi (DSA), 2 kasus positif Aneurysma dan dilakukan operasi. Alat DSA hanya ada di kota besar di Jawa, seperti Jakarta, Bandung dan Surabaya, dan mungkin kota lain yang penulis tidak tahu. Operasi Aneurysma sudah banyak dilakukan di Indonesia.
JIKA tidak pecah, gejala klinis aneurysma sering tidak tampak (asymptomatic). Kondisi inilah yang membuat aneurysma bagaikan bom waktu bagi kita. Sewaktu-waktu dia dapat pecah dan berakibat fatal. Gejala baru tampak apabila aneurysma menekan komponen saraf yang ada di dalam tengkorak. Bila lokasi aneurysma di dekat saraf yang kemudian tertekan, maka akan ada tanda berupa kelainan saraf yang tertekan tersebut.
Jika pecah, aneurysma akan menimbulkan perdarahan subarachnoid, kadang disertai perdarahan intra-cerebral (di dalam jaringan otak). Perdarahan subarachnoid adalah perdarahan yang berada di rongga di bawah lapisan kedua selaput otak (arachnoid) yang berbentuk seperti sarang laba-laba ( arachne = sarang laba-laba ).
Gejala dan tanda yang muncul berupa sakit kepala hebat, kaku kuduk, kesadaran dapat normal sampai koma tergantung berat dan luasnya perdarahan. Bahkan, jika terjadi vasospasme hebat, penderita dapat langsung mati otak (brain death), yaitu kondisi otak tidak berfungsi, tidak bernapas, tidak ada refleks-refleks, tetapi jantung masih berdenyut. Vasospasme (penyempitan mendadak pembuluh darah sebagai respons tubuh untuk menghentikan perdarahan) terjadi pada 70-90 persen penderita perdarahan ini, dengan rentang waktu mulai saat serangan sampai hari ke-14.
BAGAIMANA mendeteksi kasus ini secara dini? Screening scan otak pada usia 50 tahun ke atas sudah menjadi bagian dari general check up di negara maju. Di Indonesia masih sulit untuk dilakukan hal ini karena tingkat pemahaman tentang kesehatan yang masih rendah. Hanya setidaknya jangan anggap enteng sakit kepala yang disertai kaku kuduk
Pengobatan aneurysma dapat dengan 2 cara, pertama dengan clipping (penjepitan leher balon aneurysma dengan klip). Kedua dengan memasang benda berbentuk kumparan (coil) untuk mengisi rongga aneurysma (coilling). Ada syarat tertentu untuk pemasangan benda ini, seperti leher balon aneurysma yang tidak terlalu lebar sehingga coil tidak lepas. Pemasangan coil ini dapat dilakukan oleh ahli neuroradiologi dengan didampingi dokter bedah saraf.
Peran dokter bedah saraf adalah jika terjadi perdarahan saat coiling, dapat segera dilakukan tindakan operasi clipping. Pengobatan berupa kedua tindakan di atas hanya dilakukan jika kondisi pasien masih baik. Jika kondisi pasien telah sangat buruk atau bahkan sudah mati otak maka tidak bijaksana bila dilakukan tindakan operasi. Mengingat begitu besar risiko yang terjadi apabila kita menyimpan bom waktu berupa aneurysma di dalam kepala kita, maka sudah selayaknya dipikirkan pemeriksaan otak sebagai bagian integral dari general check up.
Dr Dody Priambada SpBS Spesialis Bedah Saraf RS Kanujoso Djatiwibowo, Balikpapan